Write. Anywhere. Anytime.

Minggu, 31 Maret 2013

Dear You

Aku sudah pernah mengecap pahit sebelum hidupku diisi berliter-liter bahagia.
Setiap luka pun seolah menjelma menjadi rangkaian cerita.
Sendiri, tak berteman, tanpa canda atau tawa gembira.

Mereka pernah berkata bahwa hidup itu sederhana.
Dan mereka juga bilang jika berdua akan selalu lebih indah.
Tapi, bagaimana jika sebuah kebersamaan tanpa disertai kehadiran cinta?
Bukankah semua akan terasa percuma?
Tapi, aku selalu percaya bahwa tidak ada yang sia-sia di dunia.
Aku memercayai semua itu sebagaimana langit yang mencintai senjanya.
Aku kerap meyakini diriku semua itu seperti matahari yang tak pernah lelah menganugrahi cahayanya pada bintang.

Begitu.

Dan kepada kamu yang membaca himpunan sajak sederhana ini, percayalah bahwa aku ada...
Untuk kamu selamanya, tak peduli meski aku menua.
Sabtu, 30 Maret 2013

Kata


Satu kata adalah kisah
Tentang keesaan kita yang diagungkan
Tak pernah mati meski hilang keseimbangan
Tak mungkin lenyap walau terjadi kekosongan

Satu kata adalah warna
Menyala penuh cerita dan sejuta makna
Serupa secercah aura istimewa, juga berbeda
Hanya diam, tak banyak bicara

Satu kata adalah masa
Ada ruang di dalam jeda
Ada jarak yang memisah setiap jiwa
Termasik kita - menjadi amat nelangsa

Satu kata adalah cinta
Bergetar, lantas membuncah keras di dalam sukma
Terus meronta begitu tergesa-gesa
Setupa dengan apa yang sedang kita rasa.



My bedroom, March 30th 2013
00.12 , after sign out and give a good night.
Selasa, 26 Maret 2013

Ketiga

"Kamu kapan pulang?" tanyaku dengan suara berat.
Belum terdengar sebuah jawaban.

Sesekali kuatur deru napasku yang memburu, berusaha menetralkan ritme-nya agar menyatu dengan setiap hentakan keras yang membuncah di dalam dada. Setelah sekian lama menahan diri untuk bertanya, akhirnya seutas kalimat itu terdepak dari mulutku juga.

Dan, satu-satunya orang yang kunantikan untuk berbicara saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah cinta lamaku. Maksudku, seseorang yang pernah menbuatku terpikat, kemudian bersama-sama menceburkan diri ke dalam lembah cinta yang dipenuhi buai kasih sayang. Namun sayangnya, semua cerita itu hanya eksistensi yang terjadi di masa laluku.

Kemudian, dia menjawab, "Mungkin nggak dalam waktu dekat,"
Tidak dalam waktu dekat? Jadi, setelah ini aku harus memperpanjang masa penantianku lebih lama lagi...? Sampai kapan?
"I mean, as soon as possible," tambahnya.
Aku bergeming, menahan pertanyaan-pertanyaan bodoh yang tampaknya tidak akan berpengaruh jika kusuarakan.

Texas, aku amat menyadari bahwa semua keadaan ini benar-benar berbeda. Semuanya telah berubah. Namun, kenapa merindukanmu kini seolah-olah harus bersyarat? Lalu, mengapa kepahitan ini harus tercipta di antara kita dan begitu sukar untuk dihindari?

Kurasakan mataku memanas seketika. Percaya atau tidak, sesaat lagi genangan kristal bening yang kubendung ini akan segera membanjiri wajahku. Malang sekali, semua kemelut percintaan ini justru membuatku semakin tersiksa.

"Adam..." panggilnya di seberang sana.
"I'm listening," kataku sembari menahan perih yang menyayat tenggorokanku.
Kami terdiam lagi, tahu bahwa pembicaraan ini akan memburuk jika diteruskan lebih jauh. Karena baik aku atau Texas, kami berdua selalu memilih untuk diam demi menghindari datangnya masalah. Ironisnya, semakin kami berupaya semakin kami didekatkan dengan rentetan cobaan dan ujian.

"Adam, listen..." Texas membujukku, mencoba memberi penjelasan agar aku merasa lebih baik. "I promise you, I'll be there soon. Keep believe in me, Babe."
Texas, aku sepenuhnya ingin memercayai kalimatmu itu. Sangat ingin. Tapi, bisakah kamu meyakiniku bahwa semua itu bukan sekadar janji-janji palsu?
"Om Texas pulang, dong. Jangan lama-lama di sana..."

Suara kecil itu bergema di belakangku, mengundang kepalaku tertoleh dan ingin menyaksikan apa yang sedang dilakukan David setelah cukup lama dia mematung sendirian di bibir pintu kamarku.
David - dengan setelan piama bergambar kartun Pokemon itu - mengayunkan langkah kecilnya, mendekat ke arahku, bertingkah seakan-akan ingin terlibat dalam pembicaraan kami.

"Itu David, ya? tanya Texas. Intonasi suaranya berubah, terdengar lebih bernyawa. "Kabar dia gimana? Is he still doing good?"

Tenggorokanku tercekat saat kudengar pernyataannya. Mengingatkanku pada sejumlah momen manis dan berkesan yang pernah kami lewati saat dulu kala. Bertiga, bersama, semuanya terasa begitu indah. Dan kini, semua fragmen itu terputar kembali di kepalaku.

Kembali

Aku kembali, menjejaki lagi kakiku di tempat ini.
Di sini, tempat di mana kita selalu menitipkan mimpi, menyulam janji, merangkai sejumlah sajak yang penuh arti.
Tidak luput juga beberapa sabda cintamu yang selalu mengembun di lubuk hati.

Tapi, aku tak berteman, sama dengan kisah cintaku yang tak bertuan  –  tanpa arah dan tujuan.
Tanpa secuil pesan yang kautinggalkan.

Meski begitu, semuanya tetap sama.
Tidak ada yang kulupa, karena bayangmu di sini tetap kujaga.
Setiap penuturanku pun masih menempel setia di sana, di pilar-pilar dan tiang yang menjulang tinggi tak terkira.
Sama seperti banyaknya air mata yang tumpah di sini karena perpisahan kita.
Dulu kala.... Saat kita masih bersama.

Aku tahu, waktu takkan bisa terulang.
Semua memori itu hanya sanggup kukenang.
Sekalipun aku meradang, tangisku tidak mungkin membawamu pulang.

Namun, jika boleh aku meminta, aku ingin mengemas harapan ini dan menjaganya hingga aku tutup usia.

Kecup Untuk Layla

Dear, Layla...
Masih ingatkah kau tentang dongeng yang pernah kucerita?
Tentang seorang pangeran yang tak pernah berhenti memuja gadis pujaan hatinya meski segala cobaan terus mendera?
Atau, tentang seorang putri raja yang bersedia mengorbankan nyawanya demi satu yang ia cinta?

Layla, kita pernah bermimpi bahwa cinta kita abadi.
Tak ada rintangan yang melintang, atau aturan-aturan yang menantang.
Yang ada hanya kisah bahagia penuh canda tawa dan gembira.
Sesederhana itu.

Namun, Layla... Aku sangat berharap kalimatku ini dapat kaumengerti.
Semua ini tentang harapan yang tak kunjung henti, juga tentang rentetan penantian yang tak pernah letih.
Selalu begitu.

Dan, Layla... Andai saja engkau tahu...
Tak peduli sejauh apa pun dan di mana pun kamu berada, aku selalu menanamkan rindu, hanya padamu satu.
Termasuk kalimat-kalimat mesra yang mewakilkan kecupku kepadamu.

Jumat, 08 Maret 2013

Dear Texas

Dear Texas...

Been so long time since we never start the conversation. Many things happened here and you shud know. Tapi, ada satu hal yang harus kamu ketahui tentang sesuatu yang kerap terjadi pada diriku.

Texas, mungkin kamu sadar...., betapa banyak orang seperti kita di luar sana yang hidupnya tidak jelas seperti apa. Ada banyak orang yang terluka perasaannya. Namun, tak sedikit pula orang-orang yang tersenyum bahagia akan kekejamannya. Maybe I should have known, there's no one like ypu. I've been searching everywhere... Tapi, tidak sekali pun kutemukan sebuah persinggahan yang hangat dan damai seperti dirimu.

Tidak ada!!!

Berulang-ulang aku terus mencoba untuk melakukan kebodohan dengan mencintai orang yang salah. Dan kamu tahu.... tidak ada sedikit pun hasil yang kudapat pada akhirnya. Huh... Aku begitu yakin, kamu pasti akan mengeluarkan kalimat-kalimat membosankan jika kukatakan semua ini kepada kamu. Aku percaya kamu akan memberiku hukuman saat mengetahui betapa bodohnya pria yang kamu kenal ini.

Tapi, Texas, semua itu semata-mata kulakukan agar aku dapat bergeser dari keadaan ini... Agar aku dapat hidup lebih baik lagi. Aku ingin mencoba bernapas tanpa bayang-bayangmu lagi. Sayangnya, itu tidak semudah yang kukira. Dan lagi-lagi aku harus mengakui bahwa aku tidak dapat membuang segala hal dan kenangan tentang dirimu. Aku masih mencintaimu, aku rindu saat-saat seperti dulu.

Aku SANGAT mencintaimu - sepanjang napas hidupku.