Dear Brother...
Jauh sebelum hari ini, saya pernah memiliki sosok pelindung yang bisa diandalkan. Saya memanggilnya dengan sebutan Abang. Beberapa orang sering berkata wajah kami mirip satu sama lain. Saya tidak mengerti mengapa mereka berpendapat demikian. Tapi belakangan, barulah saya menyadari sejumlah kemiripan yang ada di antara kami.
Saya masih ingat dengan jelas masa-masa di mana kami menghabiskan masa kecil bersama sebagai saudara laki-laki. Itu adalah hari Minggu, saat saya dan Abang berlarian di halaman belakang rumah orang sambil bermain layangan. Sesekali terdengar suara Mama yang meneriaki kami untuk segera pulang. Sudah tengah hari, katanya, nanti ada penculik.
Sampai sekarang pun, dongeng tentang penculik yang selalu memenggal kepala anak kecil itu masih berlaku untuk sebagian orangtua.
Seiring berjalannya waktu, saya dapat merasakan perubahan di antara saya dan Abanv. Seperti ada tembok besar yang membuat kami saling berjauhan, sering merendahkan dan bertingkah egois. Namun, jauh di dasar hati saya yang paling dalam, saya selalu berharap agar saya dan Abang bisa berbaikan seperti dulu lagi -- seperti adik dan kakak yang saling berangkulan.
Saya bahkan rindu dengan volume suaranya yang tidak pernah rendah ketika berbicara. Saya rindu dengan gelak tawanya yang selalu terselip di tengah-tengah lagu Guns and Roses yang sering dia putar setiap pulang sekolah. Saya rindu dengan lukisan burung elang yang dia sadur dari kertas kalender -- satu-satunya lukisan yang selalu saya banggakan.
Ah... Rasanya semua kenangan dan peristiwa itu baru terjadi kemarin sore. Saya kerap mengingatnya di saat saya sedang rindu, ataupun menjelang tidur.
Orang selalu bilang bahwa seorang Kakak adalah Pahlawan Kedua yang dikagumi adik setelah sosok ayah. Begitu pula saya yang selalu mengagumi Abang dengan segala kekurangannya.
Tidak ada maksud apa-apa yang terselip di balik tulisan ini. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa sampai kapan pun, Abang masih akan tetap sama di mata saya. Dia masih sosok Abang yang sering saya kagumi seperti dahulu kala. Dan saya selalu berharap, dia tidak pernah lupa bahwa kedua orangtuanya selalu cinta dan bangga -- tak peduli seperti apa pun dirinya.
Sincerely,
Your Little Brother
Be First to Post Comment !
Posting Komentar