Hal pertama yang
terlintas di benak saya ketika mendengar nama dia adalah sesuatu yang berwarna
cerah. Merah seperti sebutir ceri di dalam gelas mojito, kuning seperti langit pagi yang merekah, jingga seperti
senja yang tumpah.
Warna-warna itu
kerap berseliweran setiap kali saya teringat seorang sahabat Hermi Yustina.
Saya pernah
mengunggah satu tulisan tentang dia sebelumya. Sesuatu yang mengisahkan kilas
balik persahabatan kami. Dua tahun lalu, saat tulisan saya masih belum sempurna
dan apa adanya. Dua tahun lalu, pada tanggal yang sama dan momentum yang sama
pula.
Setiap orang
pasti memiliki angka favoritnya masing-masing. Begitu pula dengan sahabatku
yang satu itu. Angka 17 mungkin angka kegemarannya. Pun angka bersejarah dalam
hidupnya. Hari di mana dia pertama kali membuka mata dan menyapa dunia.
Dan pada tanggal
17 Desember, dia akan merayakan kebahagiaannya bersama orang-orang tercinta –
dengan caranya sendiri.
Itu adalah hari
pertama saya bertemu dengan Hermi Yustina. Dalam balutan seragam kerja berwarna
hijau, kerudung hitam yang dilipat sederhana, dan celana jins biru gelap. Saya
tidak pernah menyangka jika pertemuan itu akan membawa kami ke sebuah jalinan
pertemanan yang lebih erat. Karena terus terang, dia tidak terlihat seperti
gadis pada umumnya. Cenderung pemalu, tidak banyak bicara, tertawa pun
seadanya. Beda sekali dengan salah satu rekan kerjanya yang bernama Sari –
cewek selebor, pecicilan, dan selalu melawak di setiap kondisi.
But, her speaks louder than words.
Dia tahu
bagaimana membuat saya terkesan dengan sejumlah kisah tentang dirinya, tentang
keluarganya, tentang hal favoritnya, tentang warna kesukaannya. Ada banyak
kesamaan yang bikin saya menaruh kepercayaan dan bisa menganggapnya sebagai
seorang sahabat. Dan semua itu tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama sejak
pertemuan kami yang pertama.
Saya bahkan
masih ingat saat kami menjelajahi Blok M Square untuk sekadar cuci mata. Barangkali
ada sesuatu yang lucu di sana. Tapi percuma. Kami pulang dengan tangan hampa
dan lebih memilih berbelanja di atas jembatan penyeberangan. Saya juga pernah
menculiknya ke restoran Klenger Burger di saat jam istirahat. Duduk di hadapan
saya sambil membahas Taylor Swift, penyanyi country
kesukaan kami.
Kapan itu, kami
pernah tersesat di daerah Menteng saat hendak mencari restoran Ocha &
Bella. Baik saya maupun dia sangat gemar berburu kuliner. Dimulai dari sekadar
makanan angkringan sampai kafe-kafe populer sekalipun. Dan setibanya di Ocha
& Bella, kami kembali mengulang satu kebiasaan yang rasanya sulit sekali
dihilangkan. Berbicara dari hati ke hati tentang karier, tentang masalah
percintaan. Well, saya selalu gagal
setiap kali menjalin hubungan asmara dengan seseorang.
Saya juga pernah
membangunkannya tengah malam lewat telepon untuk menyampaikan kegelisahan saya.
Dia tidak hanya bersedia mendengar, tapi juga memberi solusi. Dia tahu
sahabatnya sedang tidak bisa tidur, dan dia sama sekali tidak merasa keberatan.
Dia adalah
pendengar yang baik.
Dia selalu hadir
ketika saya butuh seseorang untuk mendengarkan apa yang hendak saya sampaikan.
Tak hanya itu, dia juga mengerti bagaimana caranya memberi timbal balik yang
baik. Mungkin karena dia terlahir sebagai orang Sagitarius. Biasanya orang
Sagitarius dianugerahi sifat solidaritas yang tinggi.
Ah... Kalau saja
saya punya mesin waktu, saya ingin sekali memutar seluruh momen itu dan
mengabadikannya dengan kamera. Selama ini saya terlalu sibuk menceritakan
masalah saya sendiri. Jarang sekali saya teringat untuk mengajaknya foto
berdua.
Semoga di lain
waktu, kami masih diberi kesempatan untuk bertemu dan tersenyum bersama di
hadapan kamera.
Semoga di lain
waktu, saya bisa berperan lebih banyak sebagai seorang sahabat.
Hanya tulisan
sederhana ini yang bisa saya persembahkan sebagai kado ulang tahun. Saya tidak
bisa menjanjikan kejutan seperti cupcake,
buket bunga ataupun sepatu lucu yang sering dia pakai.
Hanya tulisan
yang bisa membuktikan bahwa saya tidak pernah lupa dengan hari ulang tahunnya.
Selamat ulang tahun, Hermi Yustina.
Tetaplah berpijar seperti warna merah,
kuning dan jingga
Terus belajar dan selalu diberi kesehatan
untuk menggapai mimpi.
Semoga selalu merasa cukup.
Sahabatmu,
Joy Agustian.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar